BAB II
NIAT DAN MOTIVASI
A. NIAT
1. Pengertan niat
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw bersabda: Innamal amaalu kal wiaai, idzaa thooba asfaluhu thooba a’laahu, wa idza fasada asfaluhu fasada a’laahu; “Sesungguhnya perumpamaan amal perbuatan itu seperti sebuah bejana, jika permukaan dasarnya sempurna (baik), maka sempurnalah (baik) bagian atasnya. Dan jika cacat, maka cacatlah bagian atasnya” (Al-Hadits). Sebagaimana sebuah bejana yang permukaan dasarnya retak dan berlubang, tentu tidak akan dapat menampung air. Begitupun sebuah bejana yang permukaan dasarnya berlumpur, tentu ketika dituangi air bening sekalipun, akan tampak air yang keruh kecoklatan.
Maka demikianlah identiknya sebuah amal (perbuatan), selalu ternilai dari apa yang menjadi niatnya semula. Jika niat awal adalah kebaikan, maka akan dihasilkan produk berupa amal shalih, begitu pula sebaliknya.
Sebagaimanarasulullahsaw bersabda: “Innamal a’maalu biniyyaat wa innamaa likullimriin ma nawaa”; “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu ditentukan oleh niatnya, sesungguhnya seseorang itu dinilai dari apa yang menjadi niatnya”. (Al-Hadits). Menilik pada hadits ini, kita dapat mengetahui bahwa standarisasi niat selalu menjadi pangkal penilaian dari baik atau buruknya sebuah amalan. Dan dengan niat itu juga, seseorang akan menyandang predikat baik atau buruk di tengah komunitas sosialnya.
2. Hakekat Niat
Dr. Sayyid Husain Al “Affany dalam karyanya Ta’thirul Anfaas min Hadiitsil Ikhlash” mengutip pendapat Ibnul Qayyim dari “Al-I’laam Al-Mawqi’iin” tentang definisi niat. Niat adalah kepala dari sebuah perkara dan sekaligus penyangganya, dia adalah asas dan pondasi, yang dengannya ditegakkan di atasnya sebidang bangunan. Ia adalah ruhnya amal perbuatan, pemimpin dan pemandunya. Amalan itu menyertainya dan dilakoni atas dasarnya. Sebuah amal perbuatan akan dinilai sah (benar) karena niatan yang sah, begitupun sebaliknya akan bernilai rusak (fasad) jika disertai oleh niatan yang buruk. Dengan kehadirannya akan memberikan titik terang dan harapan. Dengan ketiadaannya menjadikan segalanya hampa dan sia-sia. Dengan dihitungnya, ia akan membedakan tingkat, derajat dan golongan manusia di dunia dan akhirat.
3. Dalil tentang Niat
Dari Umar ibnu Al-Khattab RA beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Innamal a’maalu biniyyaat, wa innamaa likullimriin maa nawaa. Faman kaanat hijrotuhu ilallaahi, fahijrotuhu ilallaahi wa rasuulihi. Wa mankaanat lidunyaa yushiibuha, awimroatin yankihuhaa. Fahijrotuhu ilaa maa haajaro ilaih”; “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu berdasarkan niat-niatnya. Maka barangsiapa yang berniat hijrah karena Allah, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang diarunginya atau wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya sebatas dari apa yang dia berhijrah padanya (HR.Bukhari).
Dengan mengutip hadits ini, Al-Bukhari dalam kitabnya “Ash-Shohih” mengisyaratkan bahwa segala amalan yang tidak diniatkan karena Allah semata adalah bathil, tiada balasan (ganjaran) di dunia maupun di akhirat.
Al-Manawi dalam karyanya Faidhul Qadir mengatakan: “Hadits ini adalah dasar dari keikhlasan, dan tergolong dalam perkataan yang selalu dikaitkan dengan konteks amal. Bahkan Abu ‘Ubaid mengatakan:”Tiada dalam sekumpulan hadits-hadits yang lebih memiliki keluasan makna, kekayaan hakekat, sarat manfaat, dan mengandung banyak faidah dari hadits ini.”
4. Definisi Niat dalam Terminologi
Niat menurut Dr. Husain Al-‘Affany adalah Al Qoshdu wa Al ‘Azmu yaitu tujuan dan keinginan. Dan muncul dalam terminologi yang lebih khusus lagi, yang berarti Qoshdul Ma’buud (=God as the only purpose); Tujuan pada dzat yang disembah (Allah swt) dengan mengambil esensi dari hadits innamal a’maalu biniyyaat.
Kata niat dalam perkataan ulama mengandung dua makna utama:
-Tamyiizul ‘ibaadaat ba’dhuhaa ‘an ba’dhin; yakni membedakan jenis ibadah, antara satu jenis ibadah dengan ibadah lainnya.
Seperti halnya membedakan antara sholat dzuhur dari sholat ashar, antara puasa ramadhan dan puasa-puasa yang lain, membedakan ibadat dengan hal yang sekedar adat (kebiasaan), membedakan jenis mandi janabat dengan mandi biasa. Niat-niat inilah yang banyak dijumpai pada perkataan ahli fiqih (fuqaha) dalam buku-buku fiqihnya.
-Tamyiizul Maqshuud bil ‘amal ; yakni membedakan maksud dari dikerjakannya sebuah amal.
Apakah amalan itu dilakukan karena Allah, atau karena Allah dan selainNya, atau karena selain Allah. Inilah niat-niat yang banyak dibahas oleh pakar ilmu akhlaq dalam buku-buku seputar akhlaq pada bab al-ikhlash.
5. Niat dalam Al Qur’an
Kata niat di dalam Al Quran tidak tertulis sesuai dengan tekstualnya sebagaimana dalam berbagai hadits, namun dipergunakan kata al-irodah dan al-ibtigho’ sebagai gantinya, yang mana makna dan esensi zahir-nya tidak keluar dari hakikat niat itu sendiri. (lanjutan dari bagian 2)
Sebagai contoh seperti kata al-irodah dapat kita jumpai pada ayat-ayat berikut:
- “Minkum man yuriidu dunyaa wa minkum man yuriidul aakhiroh”; “Sebagian dari kamu ada yang menghendaki dunia, dan sebagian dari kamu ada pula yang menghendaki akhirat”.(QS. Ali ‘Imran)
Adapun kata al-ibtigho’ terdapat pada ayat:
-“Illabtighoo a wajhi robbihil a’laa”; “tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi”.(QS.Al-Lail:20)
-Alladziina yunfiquuna amwaalahumub tighoo’a mardhootillahi wa tatsbiitan min anfusihim;”(Dan) mereka membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka.(QS.Al-Baqarah:265)
6. Keutamaan Niat
(1). Dibangkitkan manusia kelak karena niat-niat mereka
Sebagaimana sebuah hadits dari Abu Hurairah RA. Bersabda Rasulullah saw: Yub’atsu an-naasu ‘ala niyyatihim;”Kelak akan dibangkitkan manusia disebabkan niat-niat mereka”.
(2). Harapan di akhirat
Dari Anas RA berkata bahwa rasulullah saw bersabda: Man kaanatil aakhirotu hammahu, ja’alallahu ghanaahu fi qolbih;”Barangsiapa akhirat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kekayaan didalam hatinya”.
(3). Keabadian di surga atau di neraka disebabkan oleh niat
Sebagaimana Al-Hasan berkata:Innama kholada ahlul jannati fil jannah, wa ahlun-naari fin-naari biniyyaat ; “Sesungguhnya kekalnya penghuni surga di surga dan penghuni neraka di neraka disebabkan niatnya”.
(4) Seseorang lebih memperoleh dari apa yang diniatkannya daripada amalan-amalan yang belum dicapainya.
Berkata Ja’far ibnu Hayyan: Raja dari amal perbuatan adalah niat. Sesungguhnya seseorang telah mendapat nilai (pahala) dari apa yang diniatkannya sekalipun ia belum meraih penyelesaian dari awal perbuatan itu.
Tsabit Al-Bannany dalam Hilliyyatul Awliya :Niat seseorang itu melampaui amalnya. Jika seorang mukmin berniat qiyamul lail, lalu berpuasa pada siang harinya, dan menginfakkan sebagian dari hartanya, kemudian karena suatu sebab dirinya tidak menyertai niatnya dengan amal perbuatan. Maka niatnya telah lebih dahulu memperoleh ganjaran dari amal perbuatannya.
Sebagaimana deskripsi dari sebuah hadits: Dari Sahal ibnu Hanif RA berkata bahwa rasulullah saw bersabda: man saalallaha syahaadata bi shidqin, ballaghohullaahu manaazilasy-syuhadaa’i wa in maata ’ala firoosyihi;”Barangsiapa yang memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar mati dalam keadaan syahid, maka kelak Allah akan mendapatkannya dalam manzilah syuhada, sekalipun ia mati di atas pembaringannya (HR.Muslim).
(5) Niat baik akan abadi selamanya meskipun sebuah amal terhenti.
Telah berhenti sebagian amal jasmaniyah secara syar’i, seperti hijrah (dari Mekkah ke Yatsrib/Madinah), yaitu dikala islam sudah tersebar luas dan tujuan meninggikan kalimat Allah telah tercapai. Namun niat, sepanjang nafas masih dikandung badan, akan terus menyertai setiap langkah setiap insan.
Hikmah Dibalik Niat Dan Keikhlasan
Telah kita ketahui makna niat seutuhnya, baik makna secara bahasa, istilah dan berbagai kisah serta peristiwa yang sedikit banyak telah memberikan samudera hikmah dan pelajaran berharga untuk kita terus menapaki kehidupan ini dengan semangat dan optimisme.
Tiada yang sia-sia dari setiap langkah amal perbuatan selama kita senantiasa mendahuluinya dengan niatan yang tulus lagi ikhlas karena Allah semata. Tiada hal yang mustahil dapat terwujud dalam lika-liku hidup ini, selama kita masih mau berazam dengan niatan yang baik. Dengan menanamkan niatan yang baik, ibarat sebutir benih, Insya Allah kita akan mengetam hasil panen yang baik pula.
Imam An-Nawawi pernah berpetuah: An-niyyatu mi’yaarun litashiihil a’maal. Fa haitsu sholuhatun niyyah sholuhal ‘amal. Wa haitsu fasadat fasadal ‘amal; “ Niat adalah standar dari benarnya amal perbuatan. Jika niat itu sungguh-sungguh ditegakkan dalam kebenaran, maka amalpun akan ikut menjadi benar adanya. Dan jika niat yang ditanamkan sejak awal adalah sebuah keburukan, maka yang muncul adalah amalan yang merusak (fasad).
Ibnul Mubarok mengatakan: “Rubba ‘amalun shagiir, tu’adzimuhu an-niyyah. Wa rubba ‘amalun kabiir, tushaggiruhu an-niyyah”;”Bisa jadi amalan yang kecil, dapat menjadi besar karena niatnya. Dan bolehjadi amalan yang besar menjadi kecil dikarenakan niatnya.
B. MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “ motif”. Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.. Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of human Behavior: Motif adalah suatu pertanyaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.( Psikologi Pendidikan, M.Ngalim Purwanto, hal.60)
Istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.(Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.173)
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju ke arah kebebasan, produktivitas, kedewasaan, atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan, atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan sebagai berikut:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affektive arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan psilkologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam suatu diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yang lancar dan cepat.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ktegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya si A ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, mengikuti tes, dan sebagainya. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.174)
Fungsi motivasi, Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan mempengaruhi serta mengubah kelakukan. Jadi, fungsi motivasi itu ialah:
1. mendorong timbulnya kelakukan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.175)
Prinsip Motivasi
Prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar para siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman
2. semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis( yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi ( sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinforcement)
5. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuam belajar akan merangsang motivasi.
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
8. Puji-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainya.
11. Kegiatan-kegitan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai
Motivasi dan Guru
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Sebagian dari siswa yang masuk sekolah dan memiliki tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya. Bagi mereka ini mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan motif-motifnya. Akan tetapi, ada juga anak yang datang masuk sekolah tanpa memiliki tujuan apa-apa. Kepada mereka ini perlu diberikan banyak bantuan agar mereka melihat tujuan-tujuan belajar yang bermakna bagi mereka.
Tiap guru berusaha memotivasi semua anak dengan teknik yang sama sehingga mungkin sebagaian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motif ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu.
Menurut Maslow, apabila kebutuhan-kebutuhan pada satu tahap tertentu dapat dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang akan lebih tinggi akan menjadi sangat kuat.
Adapun susunan kebutuhan-kebutuhan individu itu menurut teori Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisologis, yaitu kebutuhan akan makan, minum, bernafas, tidur, kegiatan, seks, dan kepuasan sensoris. Bila kebutuhan ini terpuaskan dengan baik, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya akan menjadi pendorong yang kuat.
2. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman. Setiap individu selalu berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Dorongan untuk menyelamatkan diri ini akan kuat apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.
3. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. Apabila seseorang sangat kurang mendapat cinta dan kasih sayang, ia akan sangat membutuhkan cinta dan kasih sayng itu. Di samping itu, anak juga ingin merasakan bahwa ia diterima oleh kelompoknya, merasa bahwa ia merupakan salah seorang anggotakeluarga yang cukup berharga.
Pribadi guru yng hangat dan responsif sering dinyatakan sebagai ciri guru yang baik. Inilah antara lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak akan cinta dan kasih sayang.
4. Kebutuhan akan hatga diri. Harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain di dalam kelompoknya. Hal ini erat hubungannya dengan statusnya di dalam kelompok dan penghargaan orang lain terhadapanya. Seseorang merasa dirinya dihargai orang lain kalau ia merasa bahwa dirinya dianggap penting. Tugas guru adalah menemukan sesuatu di dalam diri anak yang dapat dilakukannya, yaitu sesuatu yang dapat membuat anak merasa bahwa dirinya penting.
5. Kebutuhan untuk merealisasikan diri. Realisasi diri atau aktualisasi diri berarti akan atau harus menjadi apakah seseorang itu berdasarkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya. Seperti kita ketahui, setiap individu memiliki potensi atau bakat masing-masing yang terkandung di dalam dirinya. Anak dengan bakat atletik akan banyak melakukan latihan. Anak yang berbakat musik akan berlatih dengan semangat. Kalau seseorang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakat dan minatnya, ia akan belajar dengan kehendaknya sendiri, tak perlu dipaksa oleh orang lain.
4. Penekanan terhadap aktualisasi diri berarti pengenalan terhadap kecenderungan heterostatik dari organisme manusia, yaitu dorongan untuk tumbuh, untuk menjadi dan untuk belajar. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.178)
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga kan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lamadikenal dengan istilah “ing madya mangun karsa”. Peranan guru sebagai motivator ini sangat enting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.(Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar, Sardiman AM.hal 145.PT.Raja Grafindo Persada Jakarta 2007).
1. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam motivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
2. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa
3. Kecemasan aan menimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
4. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetik, kelakuan yang lebih bergairah.
5. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi.
6. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif,tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkian timbulnya kegagalan. Hal ini bergantung pada stabilitas emosi masing-masing.
NIAT DAN MOTIVASI
A. NIAT
1. Pengertan niat
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah saw bersabda: Innamal amaalu kal wiaai, idzaa thooba asfaluhu thooba a’laahu, wa idza fasada asfaluhu fasada a’laahu; “Sesungguhnya perumpamaan amal perbuatan itu seperti sebuah bejana, jika permukaan dasarnya sempurna (baik), maka sempurnalah (baik) bagian atasnya. Dan jika cacat, maka cacatlah bagian atasnya” (Al-Hadits). Sebagaimana sebuah bejana yang permukaan dasarnya retak dan berlubang, tentu tidak akan dapat menampung air. Begitupun sebuah bejana yang permukaan dasarnya berlumpur, tentu ketika dituangi air bening sekalipun, akan tampak air yang keruh kecoklatan.
Maka demikianlah identiknya sebuah amal (perbuatan), selalu ternilai dari apa yang menjadi niatnya semula. Jika niat awal adalah kebaikan, maka akan dihasilkan produk berupa amal shalih, begitu pula sebaliknya.
Sebagaimanarasulullahsaw bersabda: “Innamal a’maalu biniyyaat wa innamaa likullimriin ma nawaa”; “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu ditentukan oleh niatnya, sesungguhnya seseorang itu dinilai dari apa yang menjadi niatnya”. (Al-Hadits). Menilik pada hadits ini, kita dapat mengetahui bahwa standarisasi niat selalu menjadi pangkal penilaian dari baik atau buruknya sebuah amalan. Dan dengan niat itu juga, seseorang akan menyandang predikat baik atau buruk di tengah komunitas sosialnya.
2. Hakekat Niat
Dr. Sayyid Husain Al “Affany dalam karyanya Ta’thirul Anfaas min Hadiitsil Ikhlash” mengutip pendapat Ibnul Qayyim dari “Al-I’laam Al-Mawqi’iin” tentang definisi niat. Niat adalah kepala dari sebuah perkara dan sekaligus penyangganya, dia adalah asas dan pondasi, yang dengannya ditegakkan di atasnya sebidang bangunan. Ia adalah ruhnya amal perbuatan, pemimpin dan pemandunya. Amalan itu menyertainya dan dilakoni atas dasarnya. Sebuah amal perbuatan akan dinilai sah (benar) karena niatan yang sah, begitupun sebaliknya akan bernilai rusak (fasad) jika disertai oleh niatan yang buruk. Dengan kehadirannya akan memberikan titik terang dan harapan. Dengan ketiadaannya menjadikan segalanya hampa dan sia-sia. Dengan dihitungnya, ia akan membedakan tingkat, derajat dan golongan manusia di dunia dan akhirat.
3. Dalil tentang Niat
Dari Umar ibnu Al-Khattab RA beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Innamal a’maalu biniyyaat, wa innamaa likullimriin maa nawaa. Faman kaanat hijrotuhu ilallaahi, fahijrotuhu ilallaahi wa rasuulihi. Wa mankaanat lidunyaa yushiibuha, awimroatin yankihuhaa. Fahijrotuhu ilaa maa haajaro ilaih”; “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu berdasarkan niat-niatnya. Maka barangsiapa yang berniat hijrah karena Allah, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang diarunginya atau wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya sebatas dari apa yang dia berhijrah padanya (HR.Bukhari).
Dengan mengutip hadits ini, Al-Bukhari dalam kitabnya “Ash-Shohih” mengisyaratkan bahwa segala amalan yang tidak diniatkan karena Allah semata adalah bathil, tiada balasan (ganjaran) di dunia maupun di akhirat.
Al-Manawi dalam karyanya Faidhul Qadir mengatakan: “Hadits ini adalah dasar dari keikhlasan, dan tergolong dalam perkataan yang selalu dikaitkan dengan konteks amal. Bahkan Abu ‘Ubaid mengatakan:”Tiada dalam sekumpulan hadits-hadits yang lebih memiliki keluasan makna, kekayaan hakekat, sarat manfaat, dan mengandung banyak faidah dari hadits ini.”
4. Definisi Niat dalam Terminologi
Niat menurut Dr. Husain Al-‘Affany adalah Al Qoshdu wa Al ‘Azmu yaitu tujuan dan keinginan. Dan muncul dalam terminologi yang lebih khusus lagi, yang berarti Qoshdul Ma’buud (=God as the only purpose); Tujuan pada dzat yang disembah (Allah swt) dengan mengambil esensi dari hadits innamal a’maalu biniyyaat.
Kata niat dalam perkataan ulama mengandung dua makna utama:
-Tamyiizul ‘ibaadaat ba’dhuhaa ‘an ba’dhin; yakni membedakan jenis ibadah, antara satu jenis ibadah dengan ibadah lainnya.
Seperti halnya membedakan antara sholat dzuhur dari sholat ashar, antara puasa ramadhan dan puasa-puasa yang lain, membedakan ibadat dengan hal yang sekedar adat (kebiasaan), membedakan jenis mandi janabat dengan mandi biasa. Niat-niat inilah yang banyak dijumpai pada perkataan ahli fiqih (fuqaha) dalam buku-buku fiqihnya.
-Tamyiizul Maqshuud bil ‘amal ; yakni membedakan maksud dari dikerjakannya sebuah amal.
Apakah amalan itu dilakukan karena Allah, atau karena Allah dan selainNya, atau karena selain Allah. Inilah niat-niat yang banyak dibahas oleh pakar ilmu akhlaq dalam buku-buku seputar akhlaq pada bab al-ikhlash.
5. Niat dalam Al Qur’an
Kata niat di dalam Al Quran tidak tertulis sesuai dengan tekstualnya sebagaimana dalam berbagai hadits, namun dipergunakan kata al-irodah dan al-ibtigho’ sebagai gantinya, yang mana makna dan esensi zahir-nya tidak keluar dari hakikat niat itu sendiri. (lanjutan dari bagian 2)
Sebagai contoh seperti kata al-irodah dapat kita jumpai pada ayat-ayat berikut:
- “Minkum man yuriidu dunyaa wa minkum man yuriidul aakhiroh”; “Sebagian dari kamu ada yang menghendaki dunia, dan sebagian dari kamu ada pula yang menghendaki akhirat”.(QS. Ali ‘Imran)
Adapun kata al-ibtigho’ terdapat pada ayat:
-“Illabtighoo a wajhi robbihil a’laa”; “tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi”.(QS.Al-Lail:20)
-Alladziina yunfiquuna amwaalahumub tighoo’a mardhootillahi wa tatsbiitan min anfusihim;”(Dan) mereka membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka.(QS.Al-Baqarah:265)
6. Keutamaan Niat
(1). Dibangkitkan manusia kelak karena niat-niat mereka
Sebagaimana sebuah hadits dari Abu Hurairah RA. Bersabda Rasulullah saw: Yub’atsu an-naasu ‘ala niyyatihim;”Kelak akan dibangkitkan manusia disebabkan niat-niat mereka”.
(2). Harapan di akhirat
Dari Anas RA berkata bahwa rasulullah saw bersabda: Man kaanatil aakhirotu hammahu, ja’alallahu ghanaahu fi qolbih;”Barangsiapa akhirat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kekayaan didalam hatinya”.
(3). Keabadian di surga atau di neraka disebabkan oleh niat
Sebagaimana Al-Hasan berkata:Innama kholada ahlul jannati fil jannah, wa ahlun-naari fin-naari biniyyaat ; “Sesungguhnya kekalnya penghuni surga di surga dan penghuni neraka di neraka disebabkan niatnya”.
(4) Seseorang lebih memperoleh dari apa yang diniatkannya daripada amalan-amalan yang belum dicapainya.
Berkata Ja’far ibnu Hayyan: Raja dari amal perbuatan adalah niat. Sesungguhnya seseorang telah mendapat nilai (pahala) dari apa yang diniatkannya sekalipun ia belum meraih penyelesaian dari awal perbuatan itu.
Tsabit Al-Bannany dalam Hilliyyatul Awliya :Niat seseorang itu melampaui amalnya. Jika seorang mukmin berniat qiyamul lail, lalu berpuasa pada siang harinya, dan menginfakkan sebagian dari hartanya, kemudian karena suatu sebab dirinya tidak menyertai niatnya dengan amal perbuatan. Maka niatnya telah lebih dahulu memperoleh ganjaran dari amal perbuatannya.
Sebagaimana deskripsi dari sebuah hadits: Dari Sahal ibnu Hanif RA berkata bahwa rasulullah saw bersabda: man saalallaha syahaadata bi shidqin, ballaghohullaahu manaazilasy-syuhadaa’i wa in maata ’ala firoosyihi;”Barangsiapa yang memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar mati dalam keadaan syahid, maka kelak Allah akan mendapatkannya dalam manzilah syuhada, sekalipun ia mati di atas pembaringannya (HR.Muslim).
(5) Niat baik akan abadi selamanya meskipun sebuah amal terhenti.
Telah berhenti sebagian amal jasmaniyah secara syar’i, seperti hijrah (dari Mekkah ke Yatsrib/Madinah), yaitu dikala islam sudah tersebar luas dan tujuan meninggikan kalimat Allah telah tercapai. Namun niat, sepanjang nafas masih dikandung badan, akan terus menyertai setiap langkah setiap insan.
Hikmah Dibalik Niat Dan Keikhlasan
Telah kita ketahui makna niat seutuhnya, baik makna secara bahasa, istilah dan berbagai kisah serta peristiwa yang sedikit banyak telah memberikan samudera hikmah dan pelajaran berharga untuk kita terus menapaki kehidupan ini dengan semangat dan optimisme.
Tiada yang sia-sia dari setiap langkah amal perbuatan selama kita senantiasa mendahuluinya dengan niatan yang tulus lagi ikhlas karena Allah semata. Tiada hal yang mustahil dapat terwujud dalam lika-liku hidup ini, selama kita masih mau berazam dengan niatan yang baik. Dengan menanamkan niatan yang baik, ibarat sebutir benih, Insya Allah kita akan mengetam hasil panen yang baik pula.
Imam An-Nawawi pernah berpetuah: An-niyyatu mi’yaarun litashiihil a’maal. Fa haitsu sholuhatun niyyah sholuhal ‘amal. Wa haitsu fasadat fasadal ‘amal; “ Niat adalah standar dari benarnya amal perbuatan. Jika niat itu sungguh-sungguh ditegakkan dalam kebenaran, maka amalpun akan ikut menjadi benar adanya. Dan jika niat yang ditanamkan sejak awal adalah sebuah keburukan, maka yang muncul adalah amalan yang merusak (fasad).
Ibnul Mubarok mengatakan: “Rubba ‘amalun shagiir, tu’adzimuhu an-niyyah. Wa rubba ‘amalun kabiir, tushaggiruhu an-niyyah”;”Bisa jadi amalan yang kecil, dapat menjadi besar karena niatnya. Dan bolehjadi amalan yang besar menjadi kecil dikarenakan niatnya.
B. MOTIVASI
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “ motif”. Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.. Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of human Behavior: Motif adalah suatu pertanyaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.( Psikologi Pendidikan, M.Ngalim Purwanto, hal.60)
Istilah motivasi menunjukkan kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.(Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.173)
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju ke arah kebebasan, produktivitas, kedewasaan, atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan, atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan sebagai berikut:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affektive arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan psilkologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam suatu diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yang lancar dan cepat.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ktegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya si A ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, mengikuti tes, dan sebagainya. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.174)
Fungsi motivasi, Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakukan dan mempengaruhi serta mengubah kelakukan. Jadi, fungsi motivasi itu ialah:
1. mendorong timbulnya kelakukan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.
2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.175)
Prinsip Motivasi
Prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar para siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman
2. semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis( yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi ( sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinforcement)
5. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuam belajar akan merangsang motivasi.
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
8. Puji-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainya.
11. Kegiatan-kegitan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai
Motivasi dan Guru
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar. Sebagian dari siswa yang masuk sekolah dan memiliki tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya. Bagi mereka ini mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan motif-motifnya. Akan tetapi, ada juga anak yang datang masuk sekolah tanpa memiliki tujuan apa-apa. Kepada mereka ini perlu diberikan banyak bantuan agar mereka melihat tujuan-tujuan belajar yang bermakna bagi mereka.
Tiap guru berusaha memotivasi semua anak dengan teknik yang sama sehingga mungkin sebagaian akan tertolong, tetapi sebagian lagi tidak. Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara membangkitkan motif ini. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi yang berhasil harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu.
Menurut Maslow, apabila kebutuhan-kebutuhan pada satu tahap tertentu dapat dipenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang akan lebih tinggi akan menjadi sangat kuat.
Adapun susunan kebutuhan-kebutuhan individu itu menurut teori Maslow adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisologis, yaitu kebutuhan akan makan, minum, bernafas, tidur, kegiatan, seks, dan kepuasan sensoris. Bila kebutuhan ini terpuaskan dengan baik, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya akan menjadi pendorong yang kuat.
2. Kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman. Setiap individu selalu berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Dorongan untuk menyelamatkan diri ini akan kuat apabila kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.
3. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. Apabila seseorang sangat kurang mendapat cinta dan kasih sayang, ia akan sangat membutuhkan cinta dan kasih sayng itu. Di samping itu, anak juga ingin merasakan bahwa ia diterima oleh kelompoknya, merasa bahwa ia merupakan salah seorang anggotakeluarga yang cukup berharga.
Pribadi guru yng hangat dan responsif sering dinyatakan sebagai ciri guru yang baik. Inilah antara lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak akan cinta dan kasih sayang.
4. Kebutuhan akan hatga diri. Harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain di dalam kelompoknya. Hal ini erat hubungannya dengan statusnya di dalam kelompok dan penghargaan orang lain terhadapanya. Seseorang merasa dirinya dihargai orang lain kalau ia merasa bahwa dirinya dianggap penting. Tugas guru adalah menemukan sesuatu di dalam diri anak yang dapat dilakukannya, yaitu sesuatu yang dapat membuat anak merasa bahwa dirinya penting.
5. Kebutuhan untuk merealisasikan diri. Realisasi diri atau aktualisasi diri berarti akan atau harus menjadi apakah seseorang itu berdasarkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya. Seperti kita ketahui, setiap individu memiliki potensi atau bakat masing-masing yang terkandung di dalam dirinya. Anak dengan bakat atletik akan banyak melakukan latihan. Anak yang berbakat musik akan berlatih dengan semangat. Kalau seseorang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakat dan minatnya, ia akan belajar dengan kehendaknya sendiri, tak perlu dipaksa oleh orang lain.
4. Penekanan terhadap aktualisasi diri berarti pengenalan terhadap kecenderungan heterostatik dari organisme manusia, yaitu dorongan untuk tumbuh, untuk menjadi dan untuk belajar. (Psikologi Belajar dan Mengajar, Oemar Hamalik,Hal.178)
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga kan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Dalam semboyan pendidikan di Taman Siswa sudah lamadikenal dengan istilah “ing madya mangun karsa”. Peranan guru sebagai motivator ini sangat enting dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.(Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar, Sardiman AM.hal 145.PT.Raja Grafindo Persada Jakarta 2007).
1. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam motivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
2. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa
3. Kecemasan aan menimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
4. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetik, kelakuan yang lebih bergairah.
5. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi.
6. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif,tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkian timbulnya kegagalan. Hal ini bergantung pada stabilitas emosi masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar